Kemaluan itu untuk ditutupi,..


Kemaluan itu untuk ditutupi, bukan dibanggakan. Apalagi di pamer-pamerkan. Kemaluan jika diambil dari kata dasar malu, maka bisa menjadi malu-malu, malulah, memalukan. Jangan malu-malu untuk melakukan hal yang baik. Malulah jika ternyata tidak memiliki prestasi.

Kalimat tersebut sebenar berasal dari dialog antara Pak Budi dan Pak Sastro, kedua tampak asyik berdialog membicarakan anggota WMS yang malu untuk diajak maju.

Pak Budi : “Sampean itu memang keterlaluan, anak murid kok disuruh datang ke tempat gurunya untuk belajar komputer”
Pak Sastro : “Lho saya kan ngajak dalam hal kebaikan, yang akan saya ajarkan ini hal yang sama sekali baru, dan tidak akan diajarkan di sekolah…”.
Pak Budi : memotong pembicaraan, “Ya itu yang bikin mereka malu, anak SMA kok mau diajari bahasa HTML, bahasa PHP, apa hubungannya dengan nilai raportnya?”.
Pak Sastro : ” Kurang apa to pak saya ini, ini adalah materi kursus mengenai internet, saya sudah bayar. Mereka tinggal datang dan belajar… gratiiiss pak.”
Pak Budi : ” Satu hal pak, sampean nggak mikir apa yang dipikirkan oleh anak-anak…..”
Pak Sastro : “Oke, kalau memang malu datang ke rumah, dua minggu ini saya mengundang mereka untuk datang ke sekolah. Jangankan anggota, pengurus WMS nya saja sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya”.
Pak Budi : “Lho sampean ngundangnya dimana? kok sampai nggak ada yang datang.”
Pak Sastro :” di fesbuk, tepatnya di grup WMS yang mereka buat, logikanya khan itu tempat rujukan informasi”
Pak Budi : ” oo alah pak, pak, sampean ini kok ngulangin kegagalan.. dulu sampean kan pernah menganjurkan kepada seluruh anggota WMS untuk membuka komunitas JANAH dan memberi komentar pada postingan-postingan terbaru,… hasilnya mana? Gitu kok diulangi lagi. Saya berani taruhan bahwa tulisan ini hanya Bri saja yang baca, yang lain…….”
Pak Sastro : “yang lain apa?… malu?. potong Pak Sastro, “Malu kok di bangga-banggakan, malu ya harus ditutupi dengan tindakan nyata. Tapi kalau memang selalu malu, ya silakan bangga akan kemaluannya”.
Pak Budi : ” Saya tahu Pak, tujuan sampean untuk memopulerkan Bartim, untuk memopulerkan anak Ampah, tidak akan mendapat dukungan dari anak WMS apalagi anak-anak yang lain. NOL pak, NOL Besar, saya yakin itu”

Kategori HumorTag ,

7 tanggapan untuk “Kemaluan itu untuk ditutupi,..

  1. Ku juga kadang heran pak, kok anak2 ampahnya kayak nggak ada minat buat memajukan daerahnya,kalaupun ada kadang cuma hangat2 tai ayam.
    Kebanyakan motivasi/ide/dukungan/inovasi utk memajukan ampah malah datang dari org luar yg kadang sama sekali nggak ada sangkut paut nya sama Ampah. Tragis, q akui MALU juga. Namun apa daya q juga kalo yg punya niat cuma diri sendiri, bergerak cuma sendiri, aduh ae pak,mumet mikirnya.

    Mantap,pak! Lucu dialognya,hehe. Ayo anak Ampah, mana warisanmu buat Ampah?

  2. ternyata Lia yang duluan baca

  3. Lia@ bener itu,, saya juga prihatin… yah, saya berusaha ngajak toh yg lainnya ngerespon begitu, bagaimana lagi.

    Pa.Budi@ Bener saya. merasa malu,,,

    Hehehe, lama gak muncul 😀 !!

    1. malu, harus ditutupi dengan eksyen, bukan hanya dikatakan..yang akhirnya juga tidak akan membawa perubahan..kalau tidk melakukan sesuatu berarti hanya bangga dengan rasa malu

  4. hal ini sebetulnya menjadi cambuk bagi mereka yang merasa waras dalam berfikir, sikapi yang baik dari sindiran ini dan melangkahlah yang akan memajukan dirimu sendiri dan juga yang nantinya akan berakibat keorang lain,
    hehehehe, lebih parah lagi kalau orang malah lebih malu untuk menutupi kemaluanya
    salam rahayu

  5. mungkin tuh perlu di OSPEK pak ae. heee..

  6. makin tahun saya pikir makin sukses WMS, saya ‘alumni WMS’ turut prihatin.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.